Masyarakat percaya Masjid Tiban dibangun lelembut. CNG.online: - Nama Masjid Tiban tenar sebagai salah satu tempat wisata religi di Malang Selatan. Masjid yang tersohor hingga ke mancanegara itu lebih dikenal sebagai masjid tiban, alias masjid yang tiba-tiba muncul dalam satu malam, dibandingkan nama masjid sebenarnya, Masjid Bihaaru Bahri Asali Fadlaailir Rahmah.
Masyarakat setempat mempercayai masjid tersebut dibangun oleh pasukan mahluk gaib yang membawa material bangunan dari berbagai tempat di luar negeri hanya dalam satu malam.
“Masjid tiban, masjidnya besar dan dibangun oleh lelembut. Kalau sudah masuk ke sana, jika tak kuat iman tak bisa keluar karena tersesat,” kata Miftahul, warga Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang.
Masjid Tiban yang terletak di Jalan KH Wahid Hasyim, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen Kabupaten Malang, Jawa Timur ini, terdiri dari 10 lantai dengan tema berbeda di setiap lantainya.
Masjid ini terbilang masif dengan luas bangunan sekitar 2,5 hektare dari total area seluas 6,6 hektare. Selain masjid, pada bangunan berlantai 10 juga terdapat mes milik santri, rumah keluarga besar Kyai Ahmad, mini market, foodcourt, hingga kebun binatang mini.
Jangan heran, jika pengunjung yang tersesat, tiba-tiba sampai di dalam gua, atau perut gunung berapi. Padahal, bangunannya terletak di tengah pemukiman penduduk.
CNG.online: - Berkunjung ke Masjid Tiban, pengunjung akan disambut dengan pintu gerbang megah dan menjulang dengan hiasan keramik warna biru penuh dengan hiasan huruf kaligrafi. Tinggi gerbang menara itu mencapai lebih dari 20 meter.
Di tengah halaman, ada pos petugas jaga yang juga di desain dengan ornamen sulur berbaur dengan kaligrafi huruf arab. Warna pos itu merah bersepuh keemasan. Gerbang menjulang yang dibangun tanpa ada campur tangan alat berat sedikitpun.
Usai mendapatkan tiket masuk, yang didapat secara cuma-cuma, pengunjung bisa mulai menjelajah masjid yang berjuluk masjid 1.000 pintu itu.
Layaknya masjid, maka saat masuk alas kaki pun dilepas. Jika tidak menguasai medan, banyak pengunjung akan merasa “tersesat” di dalam bangunan berlantai 10.
Meskipun sering berkunjung namun masjid yang tak pernah berhenti membangun itu selalu menyediakan ruangan baru setiap saat. Tak heran, banyak yang tersesat kala meniti tangga, atau memasuki lorong ruangan satu dengan yang lain.
“Kalau tidak kuat iman bisa tersesat. Semua bahan bangunannya dibawa dari China dan Italia oleh jin,” lanjut Miftahul.
CNG.online: - Perkataan Miftahul bukanlah bualan iseng. Jika tidak melihat petunjuk arah, dan punya tujuan, pengunjung akan berputar-putar di satu tempat saja. Meskipun semua bangunan di masjid tersebut selalu membuat takjub.
Pintu masuk yang terhitung berada di lantai tiga menawarkan pemandangan kolam renang lengkap dengan perahu khusus. Konon kabarnya, pasangan suami istri yang sedang dilanda masalah rumah tangga bisa mendapatkan petunjuk, setelah naik perahu dan berlayar selama 27 menit di atas kolam kecil itu.
Berbagai permasalahan rumah tangga sering kali berubah cerah, saat perahu kembali merapat di tepi kolam. Sementara itu, lantai satu dan dua adalah tempat parkir kendaraan dan makam pendiri masjid, KH. Ahmad.
Masing-masing lantai punya daya tarik sendiri, layaknya wahana wisata, meskipun papan pengumuman yang menyebutkan tempat itu bukanlah tempat wisata tersebar di hampir setiap sudut.
Di lantai tiga, penuh dengan sejumlah akuarium sepanjang satu meter berisi berbagai jenis ikan air tawar, seperti ikan gurami, ikan lohan, ikan mas koki, ikan sapu-sapu, oscar, ikan sepat. Semuanya berukuran lebih besar dari telapak tangan orang dewasa.
Terdapat pula taman Oval, dengan pohon palem botol raksasa yang batang pohonnya dibiarkan menembus beberapa lantai di atas. Banyak pohon menjulang, yang akarnya tertancap di tanah dan dahannya menembus banyak lantai ke atas.
Masuk ke dalam pengunjung akan bertemu tempat salat yang lapang beralas keramik. Itu sebabnya, sepatu dan alas kaki lain wajib di lepas sejak awal masuk ke lorong lantai tiga.
Naik ke atas adalah lantai empat. Lantai ini adalah satu-satunya lantai yang terlarang bagi pengunjung. Konon, di lantai ini pula mendiang, KH Ahmad menerima jemaah yang ingin berkonsultasi meminta petunjuk darinya.
“Dulu Kyai Romo itu banyak dimintai tolong jemaahnya. Ada yang minta tolong karena terbelit utang, masalah rumah tangga, atau sakit yang tidak kunjung sembuh. Resepnya penyakit hatinya harus sembuh, harus senang dan mensyukuri nikmat. Makanya pondok ini dibangun, agar pengunjungnya sembuh dari berbagai penyakit hati, dengan refreshing dan hati senang,” kata Ipoeng HD Purwanto, Santri Piket dan Humas Masjid Biba’a Fadlrah, Selasa 17 Februari 2015.
Seperti halnya rumah, lantai ini berisi sejumlah kamar, ruang keluarga, dan juga kamar tidur pemilik pondok yang bersebelahan dengan aula tempat salat. Ruangan ini hanya dibuka jika pemilik sedang menjamu kerabat, atau tamu tertentu saja.
Berikutnya di lantai lima, ada aula masjid utama, tempat seluruh salat Jamaah berlangsung termasuk salat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha dan peringatan hari besar keagamaan berlangsung.
Uniknya, lantai ini juga digunakan sebagai tempat ijab kabul bagi pasangan yang ingin menikah. Deret pelaminan permanen dibangun di tepi aula masjid. Warnanya emas lengkap dengan ornamen kaligrafi dan kanopi buatan, meskipun ada di dalam ruangan. Kesan mewah sekaligus romantis segera terlihat dari desain pelaminan itu. Plus sejumlah kamar istimewa bagi pasangan untuk berbulan madu.
Kamar tersebut, juga mujarab bagi pasangan suami istri yang ingin dikarunia anak, atau sedang mengalami masalah rumah tangga. Selain luas, kamar terkesan romantis dengan desain yang kental nuansan Timur Tengah dan warna emas. “Ini untuk pasangan yang menikah, juga ada kamar penganten, fasilitas dari pondok untuk para penganten,” katanya.
Setelah lelah meniti anak tangga yang tak jarang berputar dan terputus satu dengan yang lain, pengunjung bisa beristirahat di lantai enam. Ada dua ruangan istirahat untuk wanita dan laki-laki yang terpisah.
CNG.online: - Jika pandai mencari jalan, pengunjung bisa sampai di lantai tujuh dengan mudah. Lantai ini berisi mal mini tempat pengunjung bisa berbelanja berbagai baju busana muslim terkini, sepatu, tas, alat tulis menulis, perabotan rumah tangga hingga berbagai jenis boneka Disney terbaru. Lantai ini berisi berbagai kios yang dibangun menyerupai pusat perbelanjaan di kota besar.
“Ini mal mini, barang jualannya lengkap. Semuanya dikelola santri di sini,” jelas Ipoeng.
Tak jauh dari mal, juga di lantai tujuh, terdapat teras yang menjorok ke luar. Jangan heran, di lantai ini pengunjung akan menemukan sejumlah satwa. Seperti empat kera ekor panjang yang menghuni empat pilar yang didesain menyerupai batang pohon. Di bagian atas terdapat ceruk bagi kera yang diikat dengan rantai, untuk beristirahat.
“Ini bagian dari kebun binatang mini. Koleksi lain ada burung merak, kijang, kelinci dan berbagai jenis burung. Sementara itu, mereka diletakkan di lantai tiga, di luar gedung karena sedang di renovasi,” katanya.
Seluruh satwa ini, menurutnya, sebagian besar didapat dari pengunjung dan jamaah. Namun, beberapa lain juga dibeli dari pedagang. Ada mantri bertitel dokter hewan yang mengawasi seluruh satwa di kebun binatang itu.
Setelah puas dengan mini mal dan kebun binatang mini, ada deretan food court, kebun sayur mini dan kolam mini di lantai delapan. Saat ini, tanaman tomat menghuni kebun kecil berukuran tak lebih dari separuh lapangan basket. Pengunjung boleh memetik sayur jika sedang berbuah dan matang. Jika ingin makan kudapan, ada sekitar 38 kios milik santri yang berjualan aneka cemilan makanan dan minuman ringan.
Di sini terlihat berderet bangku berjajar memenuhi ruangan. Tak heran, banyak muda-mudi atapun keluarga yang sering menikmati secangkir kopi dan gorengan pisang di lantai ini. Pihak pondok pun merasa wajib menempelkan papan peringatan dan informasi tentang adat sopan santun bagi pengunjung, di antaranya permintaan untuk berbusana sopan, bertingkah sopan dan tidak pacaran.
“Pondok ini memang bukan tempat wisata, Kyai Romo dan Bu Nyai membangun pondok dengan tujuan menjadi obat dari segala bentuk penyakit hati, karena inti berbagai masalah di bumi adalah dari hati. Jika kondisi hati stabil dan gembira, semua cobaan akan dilihat sebagai berkah dan tidak menjadi penyakit,” katanya.